DUA panci ukuran jumbo membuat tempat makan itu mudah dikenali. Satu panci digunakan untuk menampung bakso daging, dan satunya untuk bakso urat. Ukuran baksonya besar-besar, seukuran dengan bola tenis.
Saat masuk ke warung bakso itu, maka kita akan melihat foto hitam putih seorang laki-laki dengan kumis tebal, berpakan jas rapi. Dia adalah Alm. Haji Zen, yang membuka usaha warung bakso ini, 40 tahun silam.
Tempat makan itu berada di jalan Birah III, Blok S, Jakarta Selatan. Berderet bersama kios makanan lain, Bakso Pak Kumis, begitu namanya, tepat berada di tengah-tengah. Nama warung bakso ini telah menjadi legenda kuliner tersendiri di Blok S. Pengunjung selalu ramai, terutama pada akhir pekan. "Bisa tutup sampai jam 1 pagi," ujar Helmi, salah satu pengelolanya.
Usaha Alm. Haji Zen dimulai 1970. Awalnya di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan. Lima belas tahun kemudian, Bakso Pak Kumis pindah ke kawasan Blok S. Hingga kini, kiosnya tak pernah pindah. Meski namanya sudah amat dikenal, tetapi sampai sekarang, warung itu tidak pernah buka cabang. "Nggak pernah buka cabang. Jadi yang namanya bakso Pak Kumis di Blok S, cuma yang ini. Satu-satunya, tidak ada cabang lain," tambah Helmi.
Di sini pengunjung bisa meracik bakso sesuai selera masing-masing. Self service, istilahnya. Garam, daun seledri, kecap manis, kecap asin, dan juga sambal diletakkan pada sebuah meja. Setelah meracik, pengunjung tinggal meminta bakso pada pelayan. Jumlahnya pun terserah. Terantung kekuatan perut saja. Satu butir bakso boleh, dua bisa, tika sekaligus pun tidak dilarang. Yang jelas, anda harus membayar Rp6 ribu untuk satu butir bakso.
Menurut Helmi, cara pelayanan seperti ini memang sudah sejak dulu diterapkan. Malah, Alm. Haji Zen betul-betul membebaskan pengunjung. "Masih mending sekarang ada yang nuangin baksonya, dulu mah gak ada. Di gelar saja begitu. Orang nuang bakso sendiri," kata Helmi.
Tak hanya pelayanannya yang khas. Rasa pun sangat istimewa. Begitu dicicipi, dan bakso masuk ke mulut, maka bakal terasa kalau daging baksonya lembut dan lunak. Begitupula dengan bakso urat-nya. Tidak kasar seperti kebanyakan bakso urat yang agak susah dikunyah. Tetap empuk, dan tidak alot.
Kuah beningnya puh terasa gurih dan amat beraroma karena mengandung kaldu. Tentang resep bakso, Helmi mengaku hanya memakai daging, garam, dan penyedap rasa. Tak ada bumbu lain karena cita rasa dijaga agar tak berubah.
Dinikmati tiga generasi
Lebih dari dua puluh tahun Bakso Pak Kumis berdiri, tentu banyak kisah menarik yang terjadi. Helmi paling tau mana saja pelanggan lama dan baru. "Ada yang pelanggan yang dulu masih pacaran sekarang nikah dan punya anak masih ke sini. Anak-anaknya juga mainnya ke sini juga. Ada juga yang sampai punya cucu," kisah Helmi.
Pahitnya, kalau pengunjung sengaja tidak bayar. "Tapi di sini sih dibebasin aja, mau bayar ya bayar, mau enggak bayar juga gak papa. Kalau dipikirin bawaannya sakit hati," lanjutnya. Sepeninggal Alm Haji Zen, kini Bakso Pak Kumis diwariskan ke Idam Kholid, anak pertamanya.
Beberapa anaknya yang lain juga turut membantu mengelola usaha ini. Bakso Pak Kumis pada hari biasa buka dari jam 10 pagi hingga 12, kecuali akhir pekan yang bisa sampai pukul 1 malam.
Blok S memang sudah terkenal sebagai pusat jajanan sejak 1980-an. Lokasinya berada di Jalan Birah II dan III di dua sisi pinggiran lapangan bola.
Kios makanan berderet dengan menu yang beragam seperti es campur, steak, bakso, sate ayam, nasi goreng, sop kambing, gado-ga do, dan lainnya. Dulu, pedagang sembarang menggelar tenda hingga lokasinya terlihat berantakan.
Namun sejak tahun 2004, pemerintah kota Jakarta Selatan melakukan penertiban dengan membangun deretan kios kaki lima yang lebih tertata. Sarana dan prasarananya. Seperti gerobak, meja, dan kursi juga turut disediakan pemerintah kota.
Segarnya Es Teler Pak Min
Tempat lain yang juga digemari berbagai generasi adalah warung Es Teler Pak Min. Warung ini dikelola sendiri oleh pemiliknya, Pak Min. Usaha es teler ini ia dirikan sejak 1962. Namun, saat itu ia masih berjualan di kawasan Blok M. Baru pada 1984, ia pindah ke Blok S.
Yang membuat Es Teler Pak Min adalah citarasanya yang khas. Pria yang sudah berjualan minuman tersebut sejak usia 17 tahun itu memang menambahkan sirup moka untuk memberikan rasa yang berbeda dari es teler pada umumnya.
Kuah es teler didominasi dengan rasa susu kental manis yang pekat. Tetapi jangan khwatir anda akan merasa eneg, karena kuanya dikombinasikan dengan rasa moka yang menggoda.
Buah-buahan yang digunakan seperti alpukat, nangka, dan kelapa, dipilih dari kualitas terbaik. Tidak ada buah yang setengah matang apalagi nyaris busuk. Untuk kualitas itu harga yang dipatok memang tak murah. Rp14 ribu per porsi.
Namun, Pak Min juga dikenal tidak pelit bahan ketika menyajikan es telernya. Kuantitas buah-buahan dan susu yang disajikan dalam satu porsi es teler benar-benar bisa membuat perut kenyang. Ia juga ramah terhadap para pembeli es telernya. Jika ada konsumen yang ingin berlama-lama nongkrong di tempatnya, ia tidak masalah.
Hal itulah yang membuat konsumen Pak Min kerap datang lagi dan lagi. Bahkan ada salah satu pelanggannya yang rela jauh-jauh datang dari Bekasi di setiap akhir pekan untuk menikmati es teler buatannya. Selain es teler, mereka juga kerap memesan minuman lain, seperti es alpukat dan es kelapa kopyor.
Nasi goreng Bhakti
Warung makan legendaris lainnya adalah nasi goreng Bhakti yang terletak di Jalan Bakti, Senopati. Berada tidak jauh dari jejeran warung makan Blok S.
Menu nasi goreng di warung ini amat bervariasi. Tidak kurang sekitar 32 jenis. Seperti nasi goreng telur, ikan asin, kambing udang, ati ampela, udang pete, dan lainnya. Harganya pun bervariasi dalam kisaran Rp 10-17 ribu.
Namun, yang menjadi favorit adalah nasi goreng kambing gajihnya. Nasi goreng ini disajikan dengan daging kambing potong dadu, gajih kambing, emping, kol iris dan ketimun, serta telur mata sapi. Gajih kambing membuat nasi goreng terasa lebih gurih di lidah saat disantap.
Menu lain yang juga digemari adalah nasi goreng spesial ayam. Isinya beragam, antara lain potongan bakso, sosis, ayam suir, kol iris campur ketimun, emping, serta telur mata sapi. Uniknya, ketika mencoba setiap suapan nasi goreng dengan lauk yang berbeda, Anda akan menemukan sensasi rasa yang berlainan.
Ada yang berbeda dengan cara pengolahan nasi goreng Bhakti. Jika di kedai pada umumnya nasi goreng dimasak setelah dipesan konsumen, di sini nasi goreng polos sudah dibuat lebih dulu. Jadi ketika pesanan konsumen datang, juru masak tinggal menghangatkan nasi goreng polos dan mencampurnya dengan isi sesuai permintaan.
Menurut salah satu juru masaknya, Eddy, metode itu dilakukan lantaran kedai nasi goreng ini ingin mengutamakan kecepatan pelayanan konsumen. "Jadi pembeli nggak perlu nunggu lama kalau mau makan," ujarnya.
Sayang, lantaran ingin menyajikan dengan cepat, bentuk telur mata sapinya kadang terlihat tidak beraturan.
0 komentar:
Posting Komentar